Ketua DPD PAN Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu, Siswanto
HARIAN SEMARAK BENGKULU, MUKOMUKO – Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu, Siswanto buka suara tentang keluhan warga yang hadir dalam kampanye calon Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan di Desa Arga Jaya Kecamatan Air Rami, Kamis (17/10 /2024).
Dijelaskan Ketua DPD PAN Kabupaten Mukomuko, acara yang digelar di halaman rumahnya itu merupakan pengukuhan koordinator Kecamatan (korcam), koordinator desa (Kordes) dan tim relawan.
BACA JUGA : Helmi, Gubernur Baru, Nomor Urut 1, Menang Menang Menang
BACA JUGA : Helmi Hasan Kampanye di Mukomuko, Warga : Enggak Ada ‘Anu’ nya
Kata dia, peserta yang hadir, sifatnya undangan dari seluruh desa yang ada di daerah pemilihan (Dapil) Mukomuko 3.
“Saya luruskan, kemarin (acara di Desa Arga Jaya) itu acara pengukuhan korcam, kordes dan relawan. Sifatnya undangan. Nah, mereka (yang di undang) sudah terkondisikan dengan baik, ya termasuk uang saku (uang bensin),” kata Ketua DPD PAN Mukomuko.
BACA JUGA : 5 Kades di Mukomuko Hadiri Kampanye Salah Satu Calon Gubernur, Ini Kata Panwascam
BACA JUGA : Waka I DPRD Mukomuko Ajak Masyarakat Gunakan Hak Pilih di Pilkada 2024
Ketua DPD PAN Mukomuko menegaskan, seluruh undangan sudah diberi uang saku. Ia tidak mengetahui pasti, undangan yang tidak mendapat uang saku merupakan peserta atau tamu.
Ketua DPD PAN mengungkapkan, rencananya, jadwal pengukuhan berakhir pukul 10.00 wib. Namun adanya kendala dan menyebabkan acara baru dimulai sekitar pukul 11:45 wib.
“Kan rencananya jam 10 wib sudah selesai. Kemarin, baru di mulai jam 11: 45 wib. Jadi enggak ada persiapan makan siang untuk undangan, cuma snak aja,” jelasnya.
BACA JUGA : Pemda dan Bpjs Kesehatan Mukomuko Gelar Rekonsiliasi Iuran Wajib
ni disampaikanya, menanggapi pertanyaan wartawan tentang adanya peserta yang lapar saat acara berlangsung sedangkan waktu sudah sholat dzuhur dan saatnya istirahat, sholat dan makan (isoma)
Sebelumnya diberitakan, warga yang hadir mengeluh lantaran tidak adanya uang bensin yang dibahasakan dengan istilah ‘anunya’ setelah menunggu beberapa saat.
Warga juga mengeluh tidak ada rokok dan kopi yang biasanya disediakan dalam sebuah pertemuan atau kampanye yang digelar. (**).